Headlines News :
Home » » Kisah Pilu Walid bin Al-Mughirah

Kisah Pilu Walid bin Al-Mughirah

Written By Unknown on Rabu, 17 April 2013 | 22.58


Walid bin Al-Mughirah

Tahu tak selalu menggerakkan seseorang menjadi mau.Kita membutuhkan hidayah Allah untuk memiliki kekuatan tekad yang lurus dan melahirkan gerak yang benar. Tahu tak menjamin seseorang menjadi tercerahkan kemudian mendulang kepuasan hakiki dalam hidupnya. Ada iman yang tak sembarang Allah berikan kepada hamba-hambaNya. Ada taufik yang wajib keberadaannya sehingga mengawal semua langkah menjadi istiqomah. Hina semua tahu, hina semua tekad, hina semua gerak, hina semua kepuasaan jika bukan terbangun di atas iman. Adalah Walid bin Al Mughirah, seorang ahli sastra bangsa Quraiys. Suatu ketika Walid bin Al Mughirah mendengar beberapa ayat Al Quran, maka iapun terpesona. Kaum Quraisy lalu berkata :

“Demi Allah! Walid telah terpengaruh dan tentu akan terpengaruhlah orang-orang Arab semuanya.”

Kaum Quraiys kemudian mengutus Abu Jahal untuk menekan Walid. Abu Jahal datang dengan memperlihatkan keangkuhan dan kebanggaan terhadap keturunan dan hartanya. Ia mendesak Walid untuk menyatakan apa yang diketahuinya tentang Al Quran dengan bahasa yang difahami oleh kaumnya yang menunjukkan kebenciannya akan Al Quran.

Walid menjawab, “Apakah yang sebenarnya akan aku katakan tentang Al Quran?”
Ia berhenti sejenak, kemudian meneruskan, “Demi Allah! Tidak ada seorang pun di antara kamu yang lebih mengetahui daripada aku tentang syair, rajaz, qasidah atau syai-syair jin. Demi Allah! Seikitpun tidak serupa apa yang diucapkannya (Al Quran) dengan sya’ir, rajaz, atau qasidah. Sesungguhnya ia dapat menghancurkan apa yang di bawahnya dan sesungguhnya ia amat tinggi dan tidak dapat dikalahkan.”

Mendengar penuturan Walid, Abu Jahal murka dan mengancam, “Demi Allah! Kaummu tidak rela hingga kamu mencacinya!” Walid pun dengan bimbang menjawab, “Tinggalkanlah aku dan aku akan memikirkannya!” Kemudian setelah berpikir panjang, Walid sampai pada kesimpulan yang mendustai prolognya sendiri, “Sesungguhnya Al Quran ini adalah sihir-sihir yang amat mempengaruhi. Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Al Quran dari keluarganya dan dari hamba-hambanya?

Na’udzubillahi min dzalik, Allahu akbar!. Rupanya, kebanggaan dan kepuasan diri atas kaum dan keturunannya menjadikan jiwanya kerdil untuk menyongsong kepuasaan diri yang hakiki. Ia mendustai nuraninya sendiri, ia padamkan sendiri bashirah yang sudah menyala-nyala itu, padahal akal dan hatinya sudah sampai pada satu titik pencerahan, yakni pengakuan pada keajaiban Al Quran. Kisah ini menyimpan banyak pelajaran tentang betapa hidayah dan taufik Allah begitu berharga. Allah mengabadikan kisah ini dalam Surat Al Mudatstsir:18-24;

“Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? Kemudian memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata: “Al Quran ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu).”

*Disadur dari buku “Keajaiban Al Quran” karya Sayyid Quthb
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Translater

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
 
Support : Creating Website | Arick Evano | Membaca Itu Asik
Proudly Powered By Blogger
Copyright © 2012. Remaja Masjid Ar-Rasyid - All Rights Reserved
Kumpulan Informasi Oleh Remaja Masjid Ar-Rasyid