Headlines News :
Home » » Mengenal Satanisme

Mengenal Satanisme

Written By Unknown on Rabu, 24 April 2013 | 23.53

Satanisme
Satanisme dalam bingkai sejarah telah menorehkan banyak fenomena – fenomena yang kemudian entah itu sedikit atau banyaknya, telah mempengaruhi dinamika kehidupan manusia hampir di seluruh belahan dunia. Memahami bahwa pengaruh tersebut dapat membawa dampak yang tidak kecil, maka urgensi untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman akan satanisme menjadi hal yang dipandang cukup perlu demi menumbuhkan kekuatan untuk menampik segala ekses negative dan sekaligus mencari solusi terbaik dalam mengatasi fenomena – fenomena  tersebut. 

Satanisme jika kita pahami secara bahasa terdiri dari kata “satan” dan suffix “isme”. Kata “satan” sendiri memiliki dua asal  – usul, yang pertama adalah dari bahasa arab (????? syaithon) yang memiliki arti “menentang”, “menyalahi”, atau “ingkar”, sedangkan yang kedua adalah dari bahasa ibrani  (????????? ha-Satan) yang kurang lebih memiliki arti yang sama. Sedangkan suffix “isme” yang berasal dari bahasa yunani kuno -????? (-ismos). memiliki beberapa fungsi, diataranya:
  1. Membentuk kata benda pada aksi atau proses atau hasil dari penyatuan dengan kata kerja tertentu.
  2. Membentuk nama sebuah system, aliran pemikiran, atau teori yang dinisbatkan pada subjek, objek, atau pada nama penemu/pendirinya.
  3. Menunjukkan sebuah aksi, tingkah laku, atau kondisi sebuah golongan.
  4. Menjelaskan pengelompokan, menjelaskan sebuah bentuk ajaran atau doktrin secara umum.
  5. Menunjukkan karakteristik sebuah bahasa.
  6. Menunjukkan ideology yang percaya akan superioritas sebuah golongan yang tercermin dari akar kata yang dipakai.
  7. Menunjukkan nama penyakit yang disebabkan oleh organisme tertentu.
  8. Mengindikasikan sebuah kepercayaan atau prinsip – prinsip tertentu.
Penjelasan secara bahasa saja tentu tidaklah mencukupi bagi kita untuk membuat sebuah konklusi baku tentang “apa itu satanisme”. Maka perlu kiranya bagi kita untuk melihat “satan” dari satanisme bukan hanya sebagai sebuah kata belaka, tapi juga sebagai entitas yang nyata.
“Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 168). 

Muasal
Sebagai sesosok entitas dan wujud, “satan” tentunya memiliki asal – usul yang menjelaskan tentang awal eksistensinya. Agama Kristen menjadikan Bible sebagai rujukan utama yang mengungkap asal – usul dari “satan” ini, baik dari Bible Old Testament ataupun Bible New Testament. Sedangkan Ummat Islam tentunya akan merujuk kepada Al Qur’an dalam mencari sumber informasi terpercaya tentang asal – muasal dari sosok “satan” yang juga dikenal dengan nama Iblis.
Satan dikenal dalam ajaran Kristen sebagai sesosok makhluk yang pada mulanya berstatus sebagai malakim (bahasa Ibrani yang artinya “anggota majelis surga yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa yunani menjadi malak dan kemudian menjadiangelos yang menjadi akar kata untuk “angel”) yang memiliki posisi sangat dekat dengan Tuhan. Hingga akhirnya pada suatu ketika makhluk kepercayaan tuhan ini mendadak “jatuh” dari status asalnya menjadi figure antagonis yang jahat dan berbahaya.
Prof. Elaine Pagels dalam sebuah makalah berjudul “The Origin of Satan in Christian Tradition” memberikan kita setidaknya tiga versi sebab “kejatuhan” Satan.

“How, then, could one of God’s angels go wrong? Jewish story teller offered various theories. One group of stories takes its clue from Isaiah 14, suggesting that one of the angels high in hierarchy rebelled against the commander in chief and so was thrown out of heaven, demoted and disgraced (cf. John Milton’s Paradise Lost). A second group of stories was sparked by the story in Genesis 6, which tells how some of the “sons of God” fell in love with human women and violated divine order by mating with them. A third group of stories blames, in effect, sibling rivalry: the ancient JewishLife of Adam and Eve, for example, says that after God created Adam, he called the angel together to admire his work and ordered them to bow down to their younger human sibling. Michael obeyed, but Satan refused, saying, “Why do you press me? I will not worship one who is younger than I am, and inferior; I am older than he; he ought to worship me!””.

Sedangkan ajaran Islam yang berpedoman Al Qur’an tentunya memiliki penjelasan yang berbeda tentang muasal dari Iblis (berasal dari golongan jin, dan bukan dari golongan malaikat sebagaimana disebutkan dalam Bible) yang karena penolakannya terhadap perintah Allah untuk bersujud memberikan penghormatan kepada Nabi Adam AS serta keangkuhannya, dikutuk dan dikeluarkan dari surga dan kemudian menjadi pemimpin besar dari seluruh golongan syaitan.

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Doa adalah dari (golongan) jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Sangat buruklah (iblis itu) sebagai pengganti (Allah) bagi orang yang zalim.” -Surah Al Kahfi ayat 50
“Dia (Allah) berfirman, “Wahai Iblis! Apa sebab kamu (tidak ikut) sujud bersama mereka?”. Ia (Iblis) berkata, “Aku sekali – kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. Dia (Allah) berfirman, “(Kalau begitu) keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk.”             –Surah Al Hijr ayat 32 s/d 34

Setelah keterusirannya dari surga, maka sosok “satan” membuat sebuah misi utama yang dijadikan sebagai purpose of existence, yang tiada lain adalah untuk mempromosikan kejahatan dan menyesatkan manusia seluruhnya. Sebagaimana yang termaktub dalam Al Qur’an:
“Ia (iblis) berkata “ Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya” – Surah Al Hijr ayat 39

Sedangkan dalam Bible New Testament disebutkan:
“ The coming (of the lawless one, the antichrist) is through the activity and working of Satan and will be attended by great power and with all shorts of (pretended) miracles and sign and delusive marvels—(all of them) lying wonders–. And by unlimited seduction to evil and with all wicked deception for those who are perishing (going to perdition) because they did not welcome the Truth but refused to love it that they might be saved”. – 2 Thessalonians 2: 9 s/d10

Konsepsi dan Sejarah Awal
Dari penjelasan singkat tentang apa, siapa dan bagaimana “satan” itu, setidaknya kini kita sudah mampu untuk membentuk sebuah konsepsi awal tentang bagaimana seharusnya kita memaknai satanisme. Karena jika ditilik secara bahasa asal mula konsepnya, satanisme dapat diartikan sebagai sebuah bentuk pemahaman dan kesadaran yang menjadikan satan baik itu secara sifat dan perilaku sebagai sebuah gerak bentuk kehidupan baik itu dilakukan secara berkelanjutan ataupun tidak berkelanjutan. Sederhananya, segala bentuk perilaku, sifat, perbuatan dan pemikiran yang berkolerasi dengan segala sifat, perilaku, perbuatan dan pemikiran satan adalah sebuah bentuk dari satanisme, bersetuju dengan satan dalam bidang apapun pada hakikatnya adalah satanisme.

Walau terkesan sangat melebar, sejatinya itu adalah konsepsi sesungguhnya tentang satanisme yang selama ini disekat dan dibatasi oleh terminology rancu seperti: “proses pengabdian dan penyembahan terhadap satan” atau “sebuah paham/agama yang terdiri dari berbagai macam keyakinan ideology, filosofis dan fenomena social. Salah satu karakteristiknya adalah pemujaan terhadap sesosok karakter bernama satan (baik secara simbolis maupun secara phisikis) atau tokoh – tokoh yang kiranya memiliki semangat pemberontakan dan semangat kebebasan yang sama”.

Dengan definisi satanisme diatas, tentunya kita dapat memahami bahwa gerakan yang berawal langsung dari satan ini sendiri telah ada seumuran dengan awal keberadaan manusia. Disetiap masa dan zaman, satanisme selalu ada sebagai gerakan penyesatan yang memang sudah dicanangkan oleh Iblis la’natullah alaih sejak awal keterusirannya dari surga, tapi tentunya gerakan penyesatan secara masal ini tidak lantas berjalan tanpa ada yang mencegahnya, karena Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasulnya agar menyeru ummat manusia agar selalu ingat akan fithrahnya sebagai hamba Allah dan selalu waspada terhadap tipu daya Iblis dan bala tentaranya yang terkutuk. Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an :

“Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)” (Al An’am: 112)

Teknik dan cara yang digunakan untuk menjerat manusia yang digunakan oleh beraneka macam bentuk dan rupanya, bisa berbentuk ilmu sihir (klenik), menuruti hawa nafsu dan kecintaan berlebihan terhadap dunia (materialisme), penolakan serta pengingkaran terhadap tuhan (atheism) dan segala rupa tipu daya lainnya yang sebenarnya hanya tipuan – tipuan lemah yang tak berdasar. Akan tetapi tipuan  – tipuan ini menjadi begitu berpengaruh ketika manusia lalai menggunakan akalnya secara sempurna dan lebih memilih untuk menuruti hawa nafsunya yang jauh dari akal sehat dan cahaya ilmu, sebagaimana yang Allah firmankan :

“Orang – orang yang beriman, mereka berperang dijalan Allah, dan orang – orang yang kafir berperang di jalan thaghut, maka perangilah kawan  – kawan setan itu, (karena) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” – Surah An Nisaa ayat 75

“Dan sungguh, Iblis telah dapat meyakinkan terhadap mereka kebenaran sangkaannya, lalu mereka mengikuti, kecuali sebagaian dari orang – orang mukmin. Dan tidak ada kekuasaan (Iblis) terhadap mereka, melainkan hanya agar kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya akhirat dan siapa yang masih ragu – ragu terhadap (akhirat) itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu”. – Surah Saba’ ayat 20 s/d 21

Sudah banyak pelajaran dari kaum – kaum terdahulu yang telah dihancurkan dengan ‘azab Allah SWT karena kemaksiatan serta keingkaran mereka terhadap panggilan kebenaran, mulai dari kaum Nabi Nuh yang dibinasakan dengan banjir bandang, kaum Aad yang dibinasakan dengan angin topan, kaum Tsamud yang dibinasakan dengan halilintar dan gempa bumi, kau Saddum yang dibinasakan dengan hujan batu dan gempa bumi dan Bani Israil yang terusir dari Palestina. Kesemuanya ini disebabkan karena kebodohan mereka sendiri yang menolak serta mengingkari ajaran serta petunjuk Allah SWT yang disampaikan lewat para Nabi dan Rasul-Nya.

Dari Renaissance, Era Modern ke Postmodern
Ketika supremasi Gereja sebagai institusi keagamaan dan politik mulai melonggarkan cengkramannya (atau lebih tepatnya dipaksa untuk melonggarkan cengkraman) atas peradaban barat, di Eropa khususnya. Terjadilah ledakan euphoria berbentuk gerakan cultural bernama Renaissance. Segala bentuk ide – ide yang ditentang dan dianggap sesat oleh Gereja kini mulai berani secara terbuka untuk didiskusikan dan dibahas, termasuk yang menjadi isu paling hangat adalah tentang occultisme dan dunia perklenikan. Efek nyatanya dapat dilihat dari tumbuh suburnya berbagai macam sekte – sekte serta aliran – aliran occultisme, ilmu – ilmu sihir pelan – pelan dipraktikan walau masih secara sembunyi – sembunyi karena masih cukup kuatnya norma masyarakat sekitar yang menganggap tabu upacara – upacara yang penuh dengan ritual sihir, hingga akhirnya di penghujung abad ke 17 hal yang demikian tidaklah lagi menjadi tabu. Bahkan justru banyak dari keturunan dan kaum borjuis ikut andil dalam acara – acara klenik macam ini. Bahasa kerennya sedang “ngetrend”. Disini, humanism mulai menyebar secara massif sekaligus destruktif.

Dan ketika mesin uap ditemukan dan Eropa mulai masuk ke era Industri, semangat occultisme yang sarat dengan konsep – konsep satanisme ini tidaklah kemudian menyurut tapi kemudian justru seolah – olah didukung oleh perkembangan sains yang melahirkan atheism, kepercayaan manusia kepada tuhan mulai luntur saat didepan matanya terpampang melimpahnya sumber daya serta kekayaan baru yang sebenarnya membutakan. Pengetahuan yang kemudian disalah gunakan tidaklah akan mendatangkan kebaikan, melainkan makin menjauhkan manusia dari Penciptanya.

Menjelang akhir abad ke 18, muncullah seorang tokoh occultis yang penuh dengan ide – ide satanis bernama Aleister Crowley. Lahir pada 12 Oktober 1875 di Warwickshire, Inggris dan wafat pada 1 Desember 1947 di East Sussex, Inggris, Crowley menjadi tokoh kenamaan bukan karena jasa – jasanya, melainkan justru karena ide – ide jahat yang ia tularkan lewat karya – karya tulisnya ataupun dari kelompok – kelompok yang ia dirikan.

“Do what thou wilt shall be the whole of the law” yang jika diterjemahkan adalah “Lakukan apa yang ingin kau lakukan adalah keseluruhan dari ketentuan (hokum) ” adalah salah satu kalimat yang berasal dari Aleister Crowley, kalimat ini mempromosikan individualitas dan egoism destruktif yang kemudian justru banyak diadopsi dan ditularkan lewat music dan lagu – lagu. Walau mendirikan beberapa organisasi dan menulis beberapa buku tentang occultisme, Aleister Crowley tidak lantas mendirikan agama khusus satanisme yang kemudian didirikan oleh seseorang bernama Anton Szandor LaVey. Satanisme setelah sekaian lama dilembagakan secara resmi oleh seorang pria bernama Anton Szandor LaVey yang lahir pada 11 April 1930 di Chicago, Illionis, Amerika Serikat dan wafat pada 29 Oktober 1997 yang awalnya berprofesi sebagai penulis dan pemusik.

Pada malam Walpurgisnatch (malam perayaan menyambut datangnya musim semi), Anton LaVey mencukur habis rambut kepalanya dengan dalih sebagai tradisi lama “executioner” dan kemudian mendeklarasikan berdirinya Gereja Setan dan mengklaim bahwa tahun 1966 sebagai “tahun pertama” bagi satan. Yang kemudian pada 1969 LaVey menerbitkan buku “The Satanic Bible”. Dalam ajarannya, LaVey berpendapat bahwa “makhluk spiritual” apapu itu namanya, tidaklah ada. Bahkan satan sekalipun tidak diakui secara wujud oleh LaVey, ia berdalih bahwa Church of Satan yang ia dirikan bukanlah sebuah lembaga yang melakukan penyembahan terhadap satan, LaVey mengambil satan hanya sebagai figure inspirasi bagi gerakan satanis nya. Maka kemudian aliran satanisme yang didirikan oleh Anton LaVey ini biasa disebut dengan LaVeyan satanis. Dalam buku The Satanic Bilbe LaVey menulis :

“ Satanism is not a white light religion; it is a religion of the flesh, the mundane, the carnal – all of which are ruled by Satan, the personification of the Left Hand Path” – The Satanic Bible: The Book Of Lucifer.

Anton laVey dan Gereja Setannya merupakan hasil dari proses berkesinambungan dari kebingungan masyarakat barat dalam mencari pegangan hidup. Konsep – konsep postmodernisme yang anti kemapanan diserap oleh Anton LaVey  dari buah pemikiran Friedrich Nietzche yang terkenal dengan premis “Kematian Tuhan” dapat dilihat dari bagaimana LaVey menjadikan manusia sebagai makhluk yang seharusnya menjadi sentral dari segala sesuatu. “Manusia adalah sentra alam semesta, maka manusia selayaknya menjadikan dirinya sendiri sebagai pusat penyembahan”, sebuah kalimat yang secara gamblang menerjemahkan konsep Ubermensch dari Nietzchie.

Walaupun secara kuantitas, para penganut satanisme LaVeyan tidak mencapai puluhan juta orang, tentunya kita sadar bahwa ide – ide beracun seperti humanism, atheism, hedonism, materialism dan yang menjadi komponen penyusun satanimse telah menyebar secara massif dan efektif  ke seluruh permukaan bumi. Miliaran manusia kini dibutakan oleh hawa nafsu justru lewat berita, tayangan, dan tampilan yang membawa jargon sains dan teknologi. Pengetahuan kini justru banyak mengumbar kebohongan, para pembawa berita justru menebar dusta yang tersamarkan. Akal dan sanubari kita betul – betul ditantang untuk mencerna segala sesuatunya dengan kejelian dan keteliatian yang tinggi. Maka sudah mutlak hukumnya bagi setiap muslim untuk benar – benar mengasah dan mempertajam kemampuan akal dan fikiran serta secara terus menerus diringi dengan tazkiayatunnafsh yang berkesinambungan. Sebab kini informasi – informasi justru seringkali tidak membuat kita waspada, tapi malah membuat kita lalai dan lengah.

“Dan berpegangteguhlah kamu semua pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat – ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk” – Surah Ali ‘Imran ayat 103

Oleh: Azeza Ibrahim Rizki
Aktivis Kajian Zionisme Internasional
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Translater

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
 
Support : Creating Website | Arick Evano | Membaca Itu Asik
Proudly Powered By Blogger
Copyright © 2012. Remaja Masjid Ar-Rasyid - All Rights Reserved
Kumpulan Informasi Oleh Remaja Masjid Ar-Rasyid